Yuk, Shalawat: Ibadah Simple yang Bikin Hidup Lebih Berkah

Ilustrasi: Gemini

 

Siapa sih di antara kita yang tidak rindu dengan Rasulullah ﷺ? Sosok mulia yang selalu kita sebut namanya dalam shalat, dalam azan, dalam doa, bahkan dalam obrolan sehari-hari. Begitu besar cinta umat Islam kepadanya, sampai Allah sendiri pun memerintahkan kita untuk bershalawat kepadanya.

Shalawat bukan sekadar ucapan di lisan. Ia adalah doa, pengakuan cinta, sekaligus kunci turunnya keberkahan hidup. Dalam sebuah buku kecil berjudul 40 Keajaiban Shalawat karya Abu Muhammad Abdul Haq Al-Hasyimi, dijelaskan betapa banyak keutamaan shalawat yang sering kali kita lupakan. Mari kita intip beberapa di antaranya.


Keutamaan Shalawat


Pertama, Allah langsung menegaskan dalam Al-Qur’an:

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan.” (QS. Al-Ahzab: 56)


Ayat ini cukup jadi alasan kuat. Kalau Allah dan para malaikat saja bershalawat kepada Nabi ﷺ, bagaimana mungkin kita sebagai hamba enggan melakukannya?


Kedua, shalawat adalah tiket menuju syafa’at Rasulullah ﷺ di akhirat. Semua orang butuh pertolongan di hari ketika amal ditimbang, dan syafa’at Nabi adalah penolong besar bagi umatnya yang setia mengingat dan mendoakannya.


Ketiga, setiap kali kita membaca shalawat satu kali, Allah membalasnya dengan sepuluh kali shalawat kepada kita. Bayangkan, bukan hanya pahala, tapi juga Allah mengangkat derajat kita sepuluh tingkat lebih tinggi. Shalawat yang sederhana ternyata punya efek luar biasa.


Keempat, shalawat melindungi kita dari predikat “bakhil”. Nabi ﷺ pernah bersabda bahwa orang yang mendengar nama beliau disebut, tapi tidak mau bershalawat, adalah orang yang sangat pelit. Bahkan ada hadits lain yang lebih menegaskan: malaikat Jibril berdoa agar orang yang enggan bershalawat dijauhkan dari rahmat Allah, dan doa itu diaminkan langsung oleh Rasulullah ﷺ. Naudzubillah, jangan sampai kita termasuk golongan itu.


Kapan Waktu Mustajab Membaca Shalawat?


Meski kapan pun boleh, ada waktu-waktu tertentu yang lebih istimewa untuk membaca shalawat. Misalnya:

  • Saat khutbah Jum’at atau mendengarkan ceramah.
  • Setelah adzan dan iqomah, sebagai bentuk pengiring doa.
  • Ketika berdoa, karena shalawat adalah pembuka dan penutup doa yang membuat doa lebih mudah terkabul.
  • Hari Jum’at, hari yang memang istimewa bagi umat Islam.
  • Saat lupa sesuatu, karena shalawat bisa menjadi jalan untuk membuka ingatan yang terkunci.


Mudah, kan? Tinggal kita biasakan saja di momen-momen itu.


Mengajak Diri untuk Terus Bershalawat


Shalawat bukan ritual mingguan. Ia bukan hanya di hari Jum’at, tapi seharusnya hadir setiap hari dalam hidup kita. Lagi di jalan, lagi santai, lagi belajar, bahkan lagi nunggu antrean—semua bisa jadi waktu untuk shalawat.


Jangan tunggu “sempat”, karena shalawat harus “disempatkan”. Semakin sering kita melakukannya, semakin banyak keberkahan yang Allah limpahkan. Hidup jadi lebih ringan, hati lebih tenang, dan harapan terbesar: kelak kita bisa dekat dengan Nabi Muhammad ﷺ di akhirat.


Penutup


Shalawat adalah bentuk cinta kita kepada Rasulullah ﷺ. Sederhana di lisan, tapi dampaknya besar dalam hidup. Mari kita jadikan shalawat sebagai bagian dari keseharian kita. Semoga dengan itu Allah mudahkan langkah kita, berkahi hidup kita, dan kumpulkan kita bersama kekasih-Nya, Nabi Muhammad ﷺ, di surga kelak.


/Tto

Berita Pilihan

Lebih baru Lebih lama