Jangan Tunda Amal Kebaikanmu!

Ilustrasi: CanvaAI

Ada satu kalimat yang sering kita ucapkan tanpa sadar: “Nanti aja.”

Kalimat sederhana, tapi bisa berakibat besar. Nanti aja salatnya, nanti aja sedekahnya, nanti aja minta maafnya. Hingga tanpa terasa, “nanti” itu berubah menjadi “tak sempat.”


Padahal waktu adalah amanah yang terus berjalan tanpa pernah menoleh ke belakang. Setiap detik yang berlalu membawa kita makin dekat pada akhir perjalanan, sementara kita belum tentu diberi kesempatan untuk menebus semua yang tertunda. Dalam pandangan Islam, menunda kebaikan bukan hal sepele — ia bisa menjadi bentuk kelalaian yang menyesatkan.



Segera Dalam Kebaikan Adalah Ciri Keimanan


Allah SWT berfirman: “Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan” (QS. Al-Baqarah [2]: 148).
Ayat ini bukan sekadar ajakan, melainkan perintah agar kita tidak menunda amal saleh. Islam mengajarkan semangat untuk segera berbuat baik — bukan menunggu waktu luang, kondisi sempurna, atau suasana hati yang pas. Sebab kebaikan tidak mengenal “nanti.” Perhatikan saja kata "berlomba" di dalam ayat tersebut. Bagaimana mungkin dalam suatu perlombaan kita bersikap santai, lalai, menunda-nunda bahkan masa bodoh?


Nabi Muhammad SAW juga menekankan agar umatnya menunaikan amal di waktu terbaiknya: salat tepat waktu, sedekah saat ada rezeki, membantu sesama tanpa menunggu diminta. Karena siapa tahu, kesempatan itu tak akan datang dua kali.



Godaan Menunda di Zaman Modern


Fenomena menunda-nunda hari ini semakin marak, bahkan punya istilah keren: procrastination.
Godaan digital, hiburan tanpa batas, dan budaya instan membuat banyak orang lebih memilih kesenangan sesaat daripada amal yang bermanfaat. Scroll media sosial terasa lebih mudah daripada menolong orang. Membuka video pendek lebih menarik daripada membaca Al-Qur’an.


Namun yang berbahaya, penundaan ini seringkali tidak disadari. Ia menyusup pelan ke dalam hati, membuat kita merasa masih punya banyak waktu, padahal waktu justru semakin sempit. Dalam Al-Qur’an, Allah memperingatkan bahwa manusia berada dalam kerugian kecuali yang beriman dan beramal saleh (QS. Al-‘Ashr [103]: 1–3). Ayat ini seolah menjadi alarm agar kita tidak terbuai oleh penundaan yang membinasakan.



Gunakan Setiap Waktu untuk Kebaikan


Kebaikan tidak harus besar. Islam mengajarkan bahwa setiap amal, sekecil apa pun, bernilai di sisi Allah. Menyapa orang dengan senyum, menyingkirkan duri dari jalan, menulis pesan yang menguatkan — semuanya adalah bentuk kebaikan yang bisa dilakukan sekarang juga.


Kita tidak perlu menunggu kaya untuk bersedekah, atau menunggu tenang untuk salat. Karena nilai amal bukan diukur dari besar kecilnya, melainkan dari ketulusan dan ketepatan waktunya.


Setiap waktu adalah peluang emas. Ketika kita mengisinya dengan kebaikan, berarti kita sedang menyiapkan bekal terbaik untuk akhirat. Tapi ketika kita menundanya, kita sedang kehilangan sesuatu yang tak bisa dikembalikan.



Kebaikan Adalah Bukti Cinta kepada Allah


Dalam konsep mahabahcinta kepada Allah — seorang mukmin terdorong untuk segera melakukan kebaikan, karena ia ingin menunjukkan cintanya melalui tindakan nyata. Menunda berarti menahan diri dari kesempatan mencintai Allah.


Maka, jika hati kita benar-benar mencintai-Nya, kita akan bergegas menolong, bersegera memaafkan, dan tidak menunggu waktu untuk berbagi.



Penutup: Sekarang atau Tidak Sama Sekali


Hidup terlalu singkat untuk berkata “nanti.” Tidak ada jaminan kita akan bertemu esok hari, sementara kebaikan yang kita tunda hari ini bisa menjadi penyesalan abadi.


Mulailah sekarang — sekecil apa pun langkahnya. Karena dalam setiap kebaikan yang kita lakukan saat ini, tersimpan cahaya yang akan menerangi jalan kita di akhirat nanti.


/Tto


Berita Pilihan

Lebih baru Lebih lama