![]() |
| Ilustrasi: Gemini |
Setiap kali kalender menunjukkan tanggal 1 Oktober, banyak dari kita sekadar menganggapnya sebagai “hari libur nasional”. Padahal, di balik tanggal itu ada cerita penting tentang bangsa ini—cerita tentang bagaimana Pancasila pernah diguncang habis-habisan, tapi tetap berdiri tegak sebagai dasar negara. Itulah yang kita kenal sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Pancasila yang Pernah Diuji
Kalau kita flashback ke tahun 1965, ada peristiwa kelam yang dikenal dengan G30S/PKI. Saat itu, Partai Komunis Indonesia mencoba melakukan kudeta, mengganti arah bangsa, bahkan ingin menyingkirkan Pancasila dari posisi utamanya. Untungnya, usaha itu gagal. Dari situlah lahir momentum 1 Oktober sebagai simbol bahwa Pancasila terbukti “sakti” karena berhasil bertahan dari ancaman serius.
Peran Besar Umat Islam
Di balik sejarah ini, umat Islam punya andil besar. Bukan cuma sebagai penonton, tapi benar-benar berada di garis depan.
- Tokoh-tokoh Islam dari berbagai latar belakang berdiri tegak melawan ideologi komunisme.
- Ormas-ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, HMI, dan banyak lagi bergerak aktif menjaga agar Pancasila tidak tergantikan.
- Para santri dan ulama menjadi korban keganasan PKI, tapi semangat mereka justru semakin menguatkan perlawanan.
Kenapa sikap umat Islam begitu tegas? Karena komunisme jelas bertentangan dengan Islam. Komunisme menolak keberadaan Tuhan, menihilkan agama, merusak nilai moral, dan pada akhirnya mengancam persatuan bangsa. Jadi, bagi umat Islam, membela Pancasila sama artinya dengan membela akidah dan masa depan Indonesia.
Ancaman yang Masih Ada
Sekarang mungkin kita tidak lagi menghadapi PKI sebagai organisasi, karena sudah dibubarkan. Tapi bukan berarti aman 100%. Nilai-nilai komunisme—seperti pemikiran materialis, antiagama, dan kekerasan politik—masih bisa tumbuh lagi kalau kita lengah.
Selain itu, generasi muda hari ini juga menghadapi tantangan baru:
- Ideologi transnasional yang bisa memecah belah bangsa.
- Hoaks yang bikin masyarakat gampang terprovokasi.
- Polarisasi politik yang mengikis rasa persatuan.
- Gaya hidup hedonis dan individualis yang menjauhkan kita dari nilai gotong royong.
Di tengah tantangan ini, semangat perlawanan umat Islam dulu masih relevan banget. Mereka dulu melawan komunisme, kita sekarang melawan kebodohan, perpecahan, dan krisis moral.
Warisan untuk Anak Muda
Hari Kesaktian Pancasila bukan cuma cerita masa lalu. Ia adalah pesan estafet untuk kita semua, terutama anak muda. Kalau dulu umat Islam berjuang dengan darah dan nyawa, sekarang kita bisa melanjutkan perjuangan itu dengan cara yang sesuai zaman:
- Melawan kebodohan dengan literasi. Jadi generasi yang melek informasi, nggak gampang termakan hoaks.
- Melawan perpecahan dengan persaudaraan. Jagalah ukhuwah dan toleransi, jangan terjebak politik adu domba.
- Melawan krisis moral dengan akhlak. Tunjukkan bahwa anak muda bisa keren sekaligus berintegritas.
Penutup: Kita Penjaga Pancasila
Hari Kesaktian Pancasila adalah pengingat keras bahwa ideologi bangsa ini pernah diuji, tapi tidak tumbang. Umat Islam ada di barisan terdepan membelanya, dan kini tugas itu berpindah ke pundak generasi muda.
Kalau dulu senjatanya bambu runcing dan semangat jihad, sekarang senjatanya bisa berupa karya kreatif, literasi digital, hingga solidaritas sosial. Yang penting, ruhnya sama: menjaga Indonesia tetap tegak di atas Pancasila, tetap kokoh di jalan persatuan, dan tetap bersinar dengan nilai-nilai agama serta kemanusiaan.
Jadi, anak muda, jangan cuma menganggap 1 Oktober itu tanggal merah. Anggaplah ia alarm pengingat: Indonesia bertahan karena kita bersatu, dan Pancasila sakti karena kita menjaganya.
/Tto
