Teladan Rasulullah: Cawe-Cawe di Rumah, Martabat Tetap Mulia

 

Ilustrasi: Gemini

Kalau ngomongin soal kerja keras, biasanya yang kebayang di kepala adalah kerja di kantor, di sawah, di ladang, atau di laut. Padahal, ada satu “lahan perjuangan” yang sering terlupakan: pekerjaan rumah.

Iya, yang kelihatannya sepele kayak nyapu, ngepel, nyuci piring, cuci baju, atau masak. Jangan salah, pekerjaan-pekerjaan itu makan waktu, tenaga, bahkan bisa bikin stres kalau semua dikerjain sendirian. Dan biasanya, siapa yang paling sering kebagian jatah? Yup, istri atau kaum perempuan.


Masalahnya, masih ada sebagian bapack dan lelaki yang mikir: “Ah, itu kan kerjaan perempuan. Kalau gue ikut bantu, nanti jatuh dong martabat kelelakian.”
Nah, mindset kayak gini yang perlu diluruskan.

Teladan dari Rasulullah ﷺ


Kalau ada yang bilang bantu-bantu di rumah itu bikin “nggak laki”, coba deh lihat Rasulullah ﷺ. Beliau manusia paling mulia, pemimpin umat, sibuk banget dengan dakwah dan urusan umat, tapi tetap bantu keluarganya di rumah.


Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari, disebutkan bahwa Rasulullah biasa menjahit pakaiannya sendiri, memerah susu kambing, bahkan membantu pekerjaan keluarga di rumah.


Jadi, apa yang bisa kita tarik dari teladan ini?

  1. Nggak bikin jatuh wibawa – Rasulullah tetap mulia meski bantuin di rumah.
  2. Nggak ganggu ibadah – malah bisa jadi bentuk ibadah kalau niatnya benar.
  3. Disyukuri keluarga – istri merasa diperhatikan, anak-anak belajar soal kerja sama.
  4. Dicontohkan Nabi = bernilai kebaikan – kalau Rasulullah melakukan, berarti itu perbuatan yang disukai Allah.

Bonus untuk Keluarga


Kalau dijalani dengan ikhlas dan rutin, bapack yang ikut cawe-cawe di rumah bakal dapet bonus tambahan:

  • Keharmonisan keluarga makin kuat.
  • Nilai kebaikan seperti saling membantu, rajin, dan disiplin jadi kebiasaan.
  • Waktu di rumah jadi lebih produktif, bukan cuma rebahan sambil scroll HP.

Mindset yang Perlu Diubah


Ada dua hal penting yang bisa kita renungkan:

  1. Rasulullah aja mau, masa kita gengsi? Kita ini siapa sih, dibandingkan beliau? Kalau bahasa gaulnya, posisi kita mah nggak ada apa-apanya dibanding remahan rengginang di kaleng Khong Guan.
  2. Pasti ada manfaat besar. Rasulullah nggak pernah ncontohin hal sia-sia. Jadi meski kita belum tahu semua manfaatnya, yakin aja: pasti ada banyak kebaikan di balik bantu-bantu di rumah.


Intinya, jangan kebanyakan mikir. Kalau jelas baik, ya langsung gas!

Bukan Aib, Tapi Bukti Cinta


Kalau Rasulullah, makhluk paling mulia sejagat raya, mau ngerjain pekerjaan rumah, masa kita masih gengsi? Membantu istri atau perempuan di rumah itu bukan aib, bukan tanda lemah, justru tanda cinta, bukti iman, dan wujud akhlak mulia.


Jadi, bapack, kaum lelaki, dan para pemuda: ayo jangan malu, jangan gengsi. Mulai hari ini, yuk ikut cawe-cawe di rumah. Karena kadang, cinta itu bukan soal kata-kata manis, tapi soal ngelap meja, nyuci piring, atau ngepel lantai bareng.

/Tto

Berita Pilihan

Lebih baru Lebih lama