![]() |
| Ilustrasi: Gemini |
Musibah itu datangnya selalu tiba-tiba. Kita nggak pernah bikin janji dengannya, tapi ia bisa muncul kapan saja: saat lagi sehat, tiba-tiba jatuh sakit; saat lagi semangat kerja, tiba-tiba kehilangan pekerjaan; saat bahagia, eh tiba-tiba kabar duka mengetuk pintu. Semua orang pernah mengalaminya, baik anak muda, orang tua, bahkan orang yang kita kira hidupnya “sempurna” pun pasti pernah diuji dengan musibah.
Wajar banget kalau reaksi pertama kita adalah kaget, sedih, bahkan panik. Itu manusiawi. Tapi Islam, agama yang sempurna, memberi panduan indah: apa yang harus kita lakukan detik pertama musibah menimpa. Bukan nanti, bukan besok, tapi seketika saat musibah datang.
Ada tiga hal utama yang diajarkan Rasulullah SAW agar hati kita tetap kuat dan tidak terseret oleh emosi berlebihan: bersabar, istirja’, dan berdoa.
1. Bersabar
Reaksi pertama saat musibah datang adalah sabar. Tapi sabar di sini bukan berarti diam pasrah tanpa perasaan, melainkan menahan diri dari berteriak, mengumpat, atau berkeluh kesah berlebihan.
Rasulullah SAW bersabda, “Sabar itu pada saat pertama kali musibah menimpa.” (HR. Bukhari-Muslim). Artinya, kualitas sabar yang paling tinggi justru diuji di detik pertama.
Ibaratnya seperti rem darurat di kendaraan. Kalau ada bahaya tiba-tiba, kita harus segera injak rem, bukan nunggu nanti. Begitu juga saat musibah, sabar itu adalah “rem” agar hati dan mulut tidak terpeleset melakukan hal yang justru memperburuk keadaan.
Memang berat. Tapi kesabaran yang ditunjukkan di awal musibah itu nilainya jauh lebih besar. Allah sedang menguji seberapa kuat hati kita, dan sabar adalah kuncinya.
2. Mengucapkan Istirja’
Hal kedua yang diajarkan Islam saat musibah menimpa adalah mengucapkan istirja’: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” (Sesungguhnya kami milik Allah, dan kepada-Nya kami akan kembali).
Ucapan ini disebutkan dalam Al-Qur’an, QS. Al-Baqarah: 156.
Kalimat sederhana ini punya makna yang dalam banget. Ia mengingatkan kita bahwa semua yang ada di dunia hanyalah titipan. Termasuk harta, pekerjaan, bahkan orang-orang yang kita cintai. Dan ketika Allah mengambilnya kembali, itu hak-Nya sepenuhnya.
Mengucapkan istirja’ di awal musibah membuat hati kita lebih tenang. Seolah ada tombol “reset pikiran” yang mengingatkan bahwa dunia ini bukan milik kita, dan musibah bukan akhir segalanya. Justru dengan istirja’, kita diarahkan kembali pada perspektif yang benar: semua milik Allah, dan semua akan kembali pada-Nya.
3. Berdoa
Setelah bersabar dan beristirja’, langkah ketiga adalah berdoa. Rasulullah SAW bersabda, “Doa itu adalah ibadah.” (HR. Tirmidzi). Saat musibah datang, doa bukan sekadar minta musibahnya cepat selesai, tapi juga memohon kekuatan agar kita bisa menghadapinya dengan hati yang lapang.
Ada doa yang diajarkan Rasulullah SAW: “Allahumma ajirni fi musibati wa akhlif li khairan minha.” (Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibah ini dan gantikan untukku dengan yang lebih baik darinya).
Doa ini istimewa. Isinya bukan cuma permintaan agar diberi pahala atas kesabaran, tapi juga agar Allah mengganti musibah dengan sesuatu yang lebih baik. Artinya, doa ini bisa menjadi turning point.
Musibah yang tadinya terasa menghancurkan, justru bisa jadi titik balik yang melentingkan kita lebih tinggi. Bayangkan bola karet yang jatuh: makin keras ia jatuh ke lantai, makin tinggi ia akan memantul. Begitu pula dengan doa ini. Kita memohon kepada Allah agar setelah jatuh, kita bisa bangkit dengan kekuatan baru, bahkan mungkin dengan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.
Doa menghubungkan kita langsung dengan Allah. Ia bukan hanya menenangkan batin, tapi juga memberi arah baru untuk melanjutkan hidup dengan semangat dan harapan.
Tiga Kiat Untuk Jadi Kuat
Musibah memang berat, tapi Islam sudah memberi kita “kitab panduan darurat” agar tidak tenggelam dalam kesedihan. Tiga langkah sederhana ini bisa jadi pegangan:
- Bersabar di detik pertama.
- Mengucapkan istirja’ agar hati kembali pada perspektif yang benar.
- Berdoa agar musibah berubah jadi titik balik menuju kebaikan yang lebih besar.
Jangan biarkan musibah menjauhkan kita dari Allah. Justru jadikan ia jalan untuk semakin dekat pada-Nya.
Kalau hari ini kamu sedang diuji, ingatlah: sabar, istirja’, dan doa bukan hanya cara bertahan, tapi juga cara untuk melenting lebih tinggi setelah jatuh. Karena bersama Allah, bahkan luka terdalam pun bisa berubah jadi pintu menuju kekuatan baru.
/Tto
