![]() |
| Ilustrasi: Gemini |
Bayangin gini: kalau main ke rumah orang, pasti kita jaga sikap—salam dulu, nggak buang sampah sembarangan, dan ngomong sopan. Tapi anehnya, pas masuk “rumah digital” kayak grup WA, IG, atau forum online, banyak yang lupa adab.
Bedanya, di dunia maya orang sering merasa “nggak kelihatan wajahnya”, jadi lebih gampang asal ngomong. Padahal dampaknya bisa nyata banget: ada orang yang tersinggung, harga diri jatuh, bahkan sampai konflik besar. Jadi, etika digital itu bukan sekadar formalitas, tapi kebutuhan biar interaksi online kita tetap sehat.
Kenapa Akhlak Digital Penting?
Pertama, karena manusia itu makhluk sosial, bahkan di internet. Kita berhubungan dengan orang lain setiap hari lewat chat, komen, atau postingan. Kalau akhlak digital dijaga, silaturahmi online jadi lebih adem.
Kedua, akhlak digital bisa jadi tameng dari konflik. Berapa banyak kasus cyberbullying yang berawal dari komentar nyakitin? Atau perselisihan karena hoax yang disebarin tanpa mikir dulu? Kalau semua orang lebih sopan di dunia maya, banyak masalah bisa dicegah.
Ketiga, jejak digital itu abadi. Postingan kita, meski udah dihapus, kadang masih bisa dilacak. Jadi, kalau kebiasaan kita toxic atau sering nyebar hoax, nama baik kita bisa rusak. Sebaliknya, kalau konsisten positif, orang bakal inget kita sebagai pribadi yang bermanfaat.
Poin-Poin Akhlak Digital
1. Cara Berkomentar yang Baik
Berbeda pendapat itu wajar, tapi nggak berarti bebas nyerang orang. Jangan nyinyir apalagi nge-bully. Ingat prinsip: kalau nggak bisa bikin tambah baik, lebih baik diam. Bahasa ramah bikin diskusi sehat, bahkan kalau topiknya panas sekalipun.
2. Anti-Hoax: Menyaring Berita Sebelum Share
Jangan gampang percaya terus asal forward berita, apalagi yang bikin panik. Minimal cek dulu sumbernya, bandingkan dengan media kredibel, atau pakai tools fact-checking. Sekali kita ikut nyebarin hoax, kita udah ikut menjerumuskan orang lain juga.
3. Menjaga Privasi Diri dan Orang Lain
Foto teman? Lokasi rumah? Nomor HP? Jangan asal upload atau sebarkan tanpa izin. Privasi itu harga diri digital. Kalau kita jaga privasi orang, orang pun akan lebih respek sama kita.
4. Bijak dalam Konsumsi Konten
Scrolling tanpa henti bisa bikin kita kecanduan dan buang waktu. Pilih tontonan atau bacaan yang bermanfaat. Akhlak digital bukan cuma tentang apa yang kita posting, tapi juga tentang apa yang kita konsumsi. Jangan sampai iman dan mental rusak gara-gara konten toxic.
Tips Praktis
Biar gampang diinget, coba pakai rumus 3S:
- Saring sebelum sharing. Pastikan info yang kita sebarkan itu benar.
- Sopan sebelum posting. Tanyakan ke diri sendiri: “Kalau aku diperlakukan begini, sakit hati nggak?”
- Stop kalau merugikan. Kalau ada yang bikin rugi diri sendiri atau orang lain, mending jangan diterusin.
Selain itu, coba gunakan medsos sebagai ladang kebaikan. Bagi ilmu, cerita inspiratif, atau motivasi. Konten positif nggak harus kaku, bisa dibungkus dengan humor atau gaya santai. Dan yang paling penting, ingat: Allah juga melihat aktivitas online kita, meski orang lain nggak.
Penutup
Dunia maya itu bukan “dunia lain”. Ia bagian dari hidup nyata kita. Bedanya, interaksinya lewat layar. Tapi akhlak tetap harus dijaga, sama seperti di dunia nyata.
Mulai sekarang, yuk jadi generasi muda yang berakhlak digital. Ingat, jejak digital kita adalah cerminan diri kita. Jangan sampai jejak itu bikin kita nyesel di kemudian hari. Jadilah yang sopan, yang positif, dan yang membawa manfaat. Karena akhlak mulia itu nggak kenal tempat—baik di dunia nyata maupun dunia maya.
/Tto
