Menikmati Proses: Resep Bahagia di Tengah Perjuangan

 

Ilustrasi: Gemini

Pernah nggak sih kita ngerasa hidup ini seperti lomba lari? Semua orang kelihatan sibuk mengejar garis finish: lulus kuliah, dapet kerja mapan, punya rumah sendiri, menikah, dan seterusnya. Targetnya jelas, tapi sering kali kita lupa… bahwa justru perjalanan menuju garis finish itulah yang paling berharga.


Dalam pandangan Islam, kebahagiaan itu nggak cuma datang ketika impian sudah terwujud. Bahagia bisa kita temukan di setiap langkah perjuangan, asal kita mau menikmati prosesnya. Kuncinya ada pada empat hal: ikhtiar, tawakal, syukur, dan doa. Yuk kita kupas satu per satu.



1. Ikhtiar: Usaha Itu Ibadah


Nggak ada hasil tanpa usaha. Bahkan untuk sekadar minum air pun kita harus mengulurkan tangan. Islam menekankan pentingnya ikhtiar sebagai wujud iman. Allah berfirman:

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS An-Najm [53]:39)


Rasulullah ﷺ juga bersabda: “Ikatlah (untamu) lalu bertawakkallah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi). Artinya? Kita disuruh berusaha dulu, bukan cuma menunggu keajaiban.


Contohnya sederhana. Mahasiswa yang belajar sungguh-sungguh sebelum ujian, petani yang menanam meski panas terik, atau kamu yang terus melamar kerja meski pernah ditolak. Semua itu bagian dari ibadah kalau niatnya benar.



2. Tawakal: Hati Tenang Setelah Usaha


Setelah kerja keras, saatnya hati kita pasrah kepada Allah. Tawakal bukan berarti menyerah sebelum berusaha, tapi menyerahkan hasil setelah ikhtiar maksimal. Allah berjanji:

“…Barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).” (QS Ath-Thalaq [65]:3)


Bayangkan, kamu sudah belajar sekuat tenaga untuk ujian, tapi tetap ada kemungkinan soal yang keluar nggak sesuai prediksi. Di sinilah tawakal bekerja. Kita tenang, karena yakin apa pun hasilnya adalah yang terbaik dari Allah.



3. Syukur: Nikmati Setiap Tahapan


Banyak orang baru bersyukur setelah impian besar tercapai. Padahal, mensyukuri langkah-langkah kecil bisa bikin hati jauh lebih bahagia. Allah berfirman:

“Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu…” (QS Ibrahim [14]:7)


Coba deh latih diri untuk bersyukur atas hal-hal sederhana: kesehatan hari ini, sahabat yang setia, atau bahkan kegagalan yang ternyata bikin kita lebih kuat. Nabi Ayub pun tetap bersyukur meski diuji sakit dan kehilangan harta. Kalau beliau bisa, kita juga bisa!



4. Doa: Jembatan Menuju Pertolongan Allah


Ikhtiar tanpa doa seperti berjalan tanpa arah. Doa bukan cuma formalitas, tapi cara kita meminta bimbingan langsung kepada Allah.

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS Ghafir [40]:60)


Ingat doa Nabi Yunus saat terjebak dalam perut ikan? “Laa ilaaha illa anta, subhaanaka inni kuntu minazh-zhaalimiin.” Doa itu menjadi kunci pertolongan Allah. Jadi, jangan remehkan doa. Bahkan untuk hal kecil seperti minta hati yang tenang, Allah selalu siap mendengar.



Bahagia Sepanjang Perjalanan, Bukan Hanya di Tujuan


Proses sering kali terasa lama, kadang penuh air mata. Tapi di situlah letak nilai hidup. Allah nggak cuma menilai hasil, tapi juga kesungguhan usaha, kesabaran, dan keikhlasan kita.


Jadi, yuk terus melangkah dalam kebaikan. Nikmati setiap usaha, pasrahkan hasilnya, syukuri apa yang ada, dan jangan lupa berdoa. Karena bahagia bukan menunggu garis finish, tapi menemukannya di setiap langkah perjalanan.


Jangan hanya menunggu hasil besar untuk tersenyum. Dalam setiap proses, ada cinta Allah yang sedang membimbing kita.

 


Ayo, Mulai Hari Ini!


Apapun targetmu—belajar, kerja, menikah, atau memperbaiki diri—teruslah berbuat baik meski hasilnya belum terlihat. Ikhtiar, tawakal, syukur, dan doa akan jadi bekal yang membuat setiap langkah terasa penuh makna. Karena bersama Allah, setiap proses adalah jalan menuju kebahagiaan sejati.


/Tto

Berita Pilihan

Lebih baru Lebih lama