| Epit Rahmayati (Bipeka Bekasi Timur) |
Di tengah profesi ini, alangkah naif ketika sebagian "melecehkan" niat tulus guru dengan tindakan-tindakan represif yang mengancam guru masuk ranah pesakitan, berhadapan dengan hukum. Memang sedikit banyak era kekinian telah mengubah cara pandang orang dan "memanfaatkan" teknologi media sebagai wasit yang berhak memutuskan salah-benar dengan slogan viralnya.
Kita ingat, beberapa kasus guru yang dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia, karena memukul dan melontarkan kata- kata keras pada anak ajarnya. Belum klarifikasi jelas, sudah ramai di jagat maya, menyudutkan. Nyatanya hal dilakukan dalam proses mendidik dan masih dalam koridor kewajaran.
Di sudut lain kita juga tak menampik, beberapa oknum guru yang berlaku tak etis, bertolak belakang dengan tagline guru digugu dan ditiru.
Maka di momen hari guru menjadi titik balik untuk instrospeksi buat kita semua: guru, peserta didik, orangtua dan pemangku kebijakan. Harapannya kita semua bisa mengembalikan marwah guru pada porsi yang semestinya. Mengedepankan adab dalam proses mengajar-diajar, karena biar bagaimanapun guru adalah orangtua kedua, yang keberkahannya menjadi semacam doa untuk menghantar generasi pada keemasannya.
Selamat Hari Guru,
Jadilah Guru hebat, menebar ketulusan dalam menanamkan adab dan ilmu