Keteladanan Khadijah r.a.: Inspirasi Abadi Kaum Perempuan

 

Ilustrasi: GeminiAI

Di tengah aliran arus zaman yang serba cepat, perempuan sering kali berada di antara dua dunia: tuntutan keluarga dan tanggung jawab sosial. Sebagian merasa harus memilih antara menjadi ibu rumah tangga yang penuh waktu atau perempuan aktif yang berkiprah di ranah publik. Padahal, dalam pandangan Islam, keduanya tidak bertentangan. Keduanya justru dapat berjalan beriringan — seperti yang telah dicontohkan oleh sosok agung, Sayyidah Khadijah r.a.


Kala dunia modern berbicara tentang women empowerment, Islam sesungguhnya telah lebih dahulu memuliakan perempuan empat belas abad silam. Sosok Khadijah r.a. menjadi bukti bahwa keimanan, kecerdasan, dan peran sosial dapat berpadu indah dalam diri seorang wanita beriman.



Khadijah r.a.: Perempuan Mulia, Istri Setia, dan Penggerak Dakwah


Sayyidah Khadijah r.a. lahir dari keluarga terpandang di kalangan Quraisy. Sejak muda ia dikenal sebagai perempuan cerdas, tegas, dan jujur dalam berniaga. Para mitra bisnisnya menghormatinya, masyarakat Makkah menjulukinya At-Thahirah — yang suci dan terpercaya.


Ketika menikah dengan Muhammad bin Abdillah, Khadijah berusia sekitar 40 tahun, sementara Muhammad bin Abdillah berusia 25 tahun. Dari pernikahan itulah tumbuh keluarga yang penuh cinta, saling menghormati, dan berlandaskan iman. Khadijah bukan hanya pendamping hidup, tetapi juga penopang spiritual dakwah kenabian.


Tatkala wahyu pertama turun di Gua Hira, Rasulullah SAW pulang dalam keadaan menggigil dan gundah. Saat itulah Khadijah menenangkan beliau dengan kata-kata yang tak lekang oleh waktu:

“Demi Allah, tidak mungkin Allah menghinakanmu. Engkau menyambung silaturahmi, menolong yang lemah, memuliakan tamu, dan menegakkan kebenaran.”


Ucapan itu bukan sekadar penghiburan, tetapi bentuk penguatan iman yang meneguhkan langkah Rasulullah SAW di awal perjalanan dakwahnya. Tak hanya kata-kata, Khadijah juga mengorbankan seluruh hartanya untuk perjuangan Islam, bahkan hingga wafat dalam keadaan sederhana.



Jejak Khadijah di Zaman Modern


Peran Khadijah r.a. tidak berhenti di abad ketujuh. Jejak keteladanannya terus hidup di antara perempuan masa kini — di rumah, di tempat kerja, maupun di masyarakat.

  • Dalam keluarga, Khadijah mengajarkan keseimbangan. Ia mendampingi suami dengan cinta dan ketenangan, sekaligus mendidik anak-anaknya dengan keteladanan iman.
  • Dalam karier dan bisnis, Khadijah menunjukkan bahwa kesuksesan duniawi tak harus menjauhkan diri dari nilai-nilai langit. Ia menjalankan bisnis dengan kejujuran dan amanah.
  • Dalam masyarakat, ia menjadi teladan dermawan dan penopang perjuangan sosial.


Hari ini, “Khadijah-Khadijah baru” hadir dalam berbagai wujud: seorang ibu yang sabar mendidik anak-anaknya di rumah, seorang pengusaha yang jujur dan dermawan, seorang guru yang menanamkan akhlak di hati murid, atau seorang relawan sosial yang bekerja diam-diam tanpa pamrih. Mereka semua mewarisi semangat Khadijah: beriman, berdaya, dan bermanfaat.



Kiat Meneladani Khadijah r.a.


Meneladani Khadijah bukan berarti harus menjadi sosok sempurna, tetapi berusaha menapaki jejaknya dengan kesungguhan hati. Beberapa langkah kecil bisa kita mulai hari ini:

  1. Kokohkan iman dan niat. Jadikan setiap aktivitas — mengasuh anak, bekerja, atau berdakwah — sebagai ibadah kepada Allah.
  2. Bangun ketenangan dalam keluarga. Seperti Khadijah yang menenangkan Rasulullah, perempuan masa kini bisa menjadi sumber kesejukan dan motivasi di rumah.
  3. Kembangkan potensi diri. Menuntut ilmu, berorganisasi, atau berwirausaha dengan niat mulia adalah bentuk aktualisasi diri yang diridhai Allah.
  4. Gunakan harta dan waktu untuk kebaikan. Tak harus besar — senyum tulus, doa, dan perhatian kecil pun bisa jadi ladang amal.
  5. Seimbangkan peran. Khadijah menunjukkan bahwa menjadi istri salehah dan perempuan produktif bukan dua hal yang bertentangan, asalkan niatnya lurus dan caranya benar.



Mewarisi Semangat Khadijah


Islam tidak pernah meminggirkan perempuan. Justru, Islam mengangkatnya dengan kepercayaan, tanggung jawab, dan kemuliaan. Sayyidah Khadijah r.a. telah menunjukkan bahwa perempuan bukan sekadar pelengkap, melainkan penggerak peradaban.


Menjadi “Khadijah zaman kini” bukan soal kedudukan atau harta, melainkan tentang keikhlasan, kesetiaan, dan kekuatan hati. Selama perempuan Muslimah terus menebar cinta, menegakkan kebenaran, dan berjuang dengan lembutnya iman — maka sesungguhnya semangat Khadijah masih hidup di antara kita.

“Setiap perempuan yang mendukung kebenaran dengan kesungguhan dan kasih sayang, ialah Khadijah yang hidup di abad ini.”



/Tto 

Berita Pilihan

Lebih baru Lebih lama