![]() |
| Ilustrasi: GeminiAI |
Musibah selalu datang tiba-tiba. Kadang dalam bentuk bencana alam misalnya banjir bandang dan tanah longsor yang menimpa Sumatera bagian utara akhir November lalu. Kadang muncul sebagai masalah pribadi—kesehatan yang drop, rezeki tersendat, atau ban motor yang bocor kena paku. Kadang kita menganggap musibah sebagai “takdir buruk” lalu kita biarkan lewat begitu saja, padahal dalam Islam, musibah adalah bagian dari sunnatullah yang penuh hikmah: bisa kita renungi, pelajari lalu mengambil tindakan untuk mengatasinya.
Ustadz Farid Nu’man Hasan dalam bukunya “Fiqih Musibah” menjelaskan bahwa musibah sebenarnya memiliki sebab-sebab yang bisa kita pahami. Dengan memahaminya, kita bukan hanya lebih bijak menghadapi musibah, tapi juga bisa berusaha menghindarinya.
Yuk, kita gali satu per satu.
Musibah Itu Ada Sebabnya
Islam tidak memandang musibah sebagai sesuatu yang terjadi begitu saja. Ada sebab di baliknya. Yang jelas, semuanya tidak keluar dari kehendak Allah dan selalu mengandung kebaikan bagi mereka yang mau merenung.
Ustadz Farid Nu’man Hasan membagi penyebab musibah dalam dua hal besar:
1. As-Sabab As-Syar’i: Musibah yang Datang karena Pelanggaran Syariat
Ajaran agama Islam yang diturunkan Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW Adalah ajaran yang lengkap. Ada berbagai perintah, anjuran maupun larangan dalam Islam. Jika hal-hal ini diabaikan, musibah bisa terjadi.
a. Ketika Amar Ma’ruf Nahi Munkar Diabaikan
Salah satu sebab turunnya musibah adalah ketika masyarakat berhenti saling mengingatkan dalam kebaikan dan berhenti mencegah perbuatan buruk. Ketika yang baik diam, sementara yang buruk semakin lantang, maka kerusakan akan berkembang tanpa penghalang.
Dalam sejarah umat terdahulu, maksiat yang dibiarkan tanpa nasihat sering menjadi faktor munculnya azab. Bukan karena Allah ingin menyulitkan, tapi karena manusia berhenti peduli satu sama lain. Ustadz Farid mengemukakan sebuah contoh: “Jika ada sepuluh orang menaiki perahu, ada satu yang melubangi, tetapi yang Sembilan diam saja, yang tenggelam bukan hanya stau orang itu saja, melainkan juga semuanya”.
b. Saat Maksiat Menjadi Hal Biasa
Ketika minuman keras dianggap gaya hidup, zina dianggap biasa, dan riba jadi sistem, maka benteng spiritual masyarakat sebenarnya sedang rapuh.
Ustadz Farid mengatakan, “Merajalelanya maksiat merupakan efek domino dari ketiadaan amar ma’ruf nahi munkar.”. Bukan hanya maksiat individu, tapi juga sistem dan budaya yang menormalisasi dosa. Jika zina dan khamr sudah menjadi hal yang legal, misalnya [na’udzubillah!], berarti kemaksiatan itu sudah tersistem.
c. Penyimpangan seksual
Satu hal yang juga disoroti oleh Ustadz Farid dalam bukunya ini adalah penyimpangan seksual. Dulu, ada sebuah kaum yang dihancurkan Allah SWT dengan cara dihujani batu dari langit. Penyebabnya adalah penyimpangan seksual ini.
Berbagai penyakit yang timbul dari penyimpangan seksual sekarang ini patut diduga sebagai bagian dari musibah yang timbul karena penyimpangan seksual.
2. As-Sabab Al-Kauni: Musibah sebagai Dampak Ulah Manusia terhadap Alam
Ada musibah yang terjadi karena kelalaian manusia dalam mengelola alam dan kehidupannya. Misalnya:
• Banjir dan Tanah longsor setelah hutan di gunung ditebangi tanpa aturan.
• Bangunan ambruk karena korupsi bahan konstruksi.
• Penyakit timbul karena lingkungan kotor atau gaya hidup tidak sehat.
Ini semua merupakan konsekuensi logis dari perbuatan manusia. Islam menyebutnya asbab kauniyah, sebab-sebab alamiah yang ditetapkan Allah sebagai bagian dari hukum dunia.
Apa yang Bisa Kita Lakukan untuk Menghindari Musibah?
Mengingat penyebab-penyebab musibah di atas, kitab isa berupaya mencegah terjadinya musibah dengan cara:
a. Menuntut Ilmu Agama
Dengan belajar agama, kita tahu mana yang Allah perintahkan dan mana yang dilarang. Pengetahuan inilah yang membuat kita bisa memilih jalan yang benar, bukan hanya ikut-ikutan.
b. Berusaha Mengamalkan Ajaran Agama Sebaik Mungkin
Ilmu tanpa praktik itu seperti peta tanpa perjalanan. Mulailah dari yang sederhana: menjaga salat, menjauh dari dosa besar, memperbaiki akhlak, dan memperbanyak amal baik. Konsisten dengan amalan-amalan kecil lebih berharga daripada rencana beramal besar tapi tak pernah dilakukan.
c. Mengajak Teman-Teman untuk Sama-Sama Taat
Lingkungan itu berpengaruh banget. Kalau kita dikelilingi orang yang saling mengingatkan, peluang terjaga dari musibah akan jauh lebih besar. Cukup dengan obrolan ringan, ajakan halus, atau sharing inspiratif di grup kecil, kitab isa mulai mengajak lingkungan kita berbenah diri berusaha menjadi lebih baik.
Tantangan Itu Pasti Ada, tapi Jalan Keluar juga Selalu Ada
Melakukan kebaikan itu kadang berat. Ada rasa malas, ada rasa takut dianggap sok suci, ada lingkungan yang tidak mendukung. Tapi tenang, Allah tidak membiarkan kita berjuang sendirian.
Allah berjanji memberi jalan keluar bagi siapa pun yang bertakwa. Bahkan sering kali, jalan keluar itu datang dari arah yang tidak pernah kita sangka. Juga Allah meyakinkan kita bahwa dalam tiap kesulitan akan ada kemudahan.
Jadikan Ini Resolusi Baru
Tahun akan berganti. Sebelum kita sibuk menulis resolusi finansial, karier, atau lifestyle, kenapa tidak memasukkan satu resolusi yang lebih mendasar: memperbaiki diri dan lingkungan agar terhindar dari musibah?
• Lebih serius belajar agama.
• Lebih sungguh-sungguh mengamalkan ketaatan.
• Lebih berani mengajak lingkungan ke arah yang baik.
Resolusi seperti ini bukan hanya membawa perubahan untuk kita, tapi juga untuk keluarga, teman, dan masyarakat. Dan siapa tahu, dari langkah kecil itu, Allah jauhkan musibah dan datangkan keberkahan yang lebih luas.
Yuk, kita coba!
/Tto
