Pahala Tanpa Drama: Yuk, Latihan Ikhlas!

 

Ilustrasi: Gemini

Pernah nggak, kamu sudah capek-capek bantuin orang, tapi akhirnya malah merasa sedikit… gimana gitu, karena nggak dapat ucapan terima kasih? Atau, sebaliknya, hati jadi berbunga-bunga ketika kebaikanmu dipuji banyak orang? Tenang, kamu nggak sendirian. Hampir semua orang pernah mengalami momen itu. Tapi, kalau dipikir-pikir, bukankah tujuan kita berbuat baik mestinya bukan sekadar biar dipuji? Di sinilah ketulusan atau—dalam bahasa agama—ikhlas jadi kunci penting yang sering kita lupakan.


Ketulusan bukan cuma soal amal besar seperti bersedekah jutaan rupiah atau membangun panti asuhan. Ia juga hadir di hal-hal kecil: menyingkirkan paku di jalan biar orang lain nggak bocor ban, tersenyum tulus ke tetangga, bahkan menahan emosi ketika jalanan macet. Amal sederhana itu bisa jadi sangat bernilai, selama niatnya lurus dan tulus.


Ringan Tanpa Beban


Salah satu hadiah terbesar dari ketulusan adalah perasaan ringan. Ketika niatnya hanya untuk mencari ridha Allah—bukan pujian, bukan “like”, bukan uang—kebaikan terasa enteng, nggak ribet, dan nggak penuh tekanan. Kita bisa melakukannya kapan saja tanpa harus menunggu orang lain melihat atau mengapresiasi. Misalnya, membantu rekan kerja yang kesulitan tanpa berharap dia bakal traktir makan siang. Rasanya seperti menghirup udara segar: lega dan bebas.


Kebal Pujian, Kebal Celaan


Orang yang tulus juga punya “tameng perasaan” yang keren: nggak gampang terbang ketika dipuji, dan nggak gampang tumbang ketika dicela. Pujian? Alhamdulillah, tapi bukan itu tujuan. Celaan? Ya sudah, mungkin orang lain belum paham. Ketulusan membuat kita lebih fokus pada apa yang benar, bukan pada komentar orang. Bayangkan betapa tenangnya hati kalau nggak perlu terus-terusan menimbang pendapat orang lain.


Istiqamah Lebih Mudah


Ketulusan juga bikin kita lebih istiqamah, alias konsisten, dalam berbuat baik. Karena niatnya murni, kita tetap melangkah meski situasi nggak selalu mendukung. Misalnya, tetap rajin berbagi ilmu meskipun lagi sibuk, atau tetap berinfak meski keuangan pas-pasan. Ketulusan adalah bahan bakar yang nggak cepat habis, beda dengan semangat yang hanya muncul kalau ada sorotan.



Tantangan Menjaga Ketulusan


Kalau ketulusan itu indah, kenapa banyak orang kesulitan menjaganya? Karena jalan menuju hati yang tulus memang penuh rintangan. Ada beberapa “jebakan” yang sering bikin niat kita belok tanpa disadari.


1. Godaan Duniawi
Pujian, popularitas, atau uang itu manis banget, dan sering jadi bayangan yang menggoda. Di era media sosial, misalnya, kita bisa saja tergoda untuk berbuat baik demi mendapatkan “like” atau komentar positif. Niat yang awalnya murni bisa pelan-pelan bergeser jadi ajang pamer.

2. Tujuan Hidup yang Kabur
Banyak orang bingung dengan makna hidupnya, sehingga kebaikan dilakukan hanya demi pencitraan. Yang penting terlihat baik di mata orang lain, meski hati belum tentu sejalan. Padahal, kalau tujuan utama sudah jelas—cari ridha Allah—kita nggak akan pusing dengan penilaian manusia.

3. Nilai Sosial yang Menyesatkan
Di sekitar kita, ada kalimat populer seperti “nggak ada makan siang gratis,” yang menanamkan ide bahwa semua harus berbalas. Akhirnya, banyak yang merasa heran kalau ada orang berbuat baik tanpa pamrih. Padahal, dunia ini masih penuh dengan kebaikan yang gratis: senyum tulus, doa diam-diam, atau menolong orang tanpa minta imbalan.



Tips Menjaga Hati Tetap Tulus


Menjaga ketulusan memang butuh latihan. Tapi bukan berarti mustahil. Beberapa langkah kecil ini bisa jadi awal yang baik:


  • Perbaiki Niat Sejak Awal
    Sebelum beramal, tanya ke diri sendiri: “Untuk siapa saya melakukan ini?” Kalau jawabannya bukan karena Allah, coba benahi dulu.

  • Latihan Amal Sederhana
    Mulailah dari hal kecil yang nggak terlihat orang: menata sandal di masjid, membuang sampah yang bukan milik kita, atau mendoakan orang lain diam-diam.

  • Evaluasi Diri
    Setelah beramal, cek hati: apakah kecewa kalau nggak ada yang berterima kasih? Kalau iya, itu tanda niat perlu diperbaiki.

  • Doa dan Muhasabah
    Minta pertolongan Allah agar amal kita dijaga dari riya (pamer) dan pamrih. Doa ini sederhana tapi ampuh untuk menjaga hati.



Yuk, Jaga Ketulusan!


Ketulusan bukan cuma membuat amal kita diterima Allah, tapi juga bikin hati lebih bahagia. Hidup jadi ringan, pikiran lebih lapang, dan langkah kebaikan terasa alami. Di tengah dunia yang serba diukur dengan angka, rating, dan balasan, mari kita jadi orang yang tetap berbuat baik meski tanpa sorotan.


Mulailah dari hal paling kecil hari ini: senyum tulus ke tetangga, menyingkirkan kerikil di jalan, atau sekadar mendoakan teman tanpa ia tahu. Karena kebaikan tanpa pamrih bukan hanya membahagiakan orang lain, tapi juga menumbuhkan jiwa kita sendiri.



Saat dunia sibuk menghitung untung-rugi, jadilah orang yang tetap menabur kebaikan meski tak terlihat. Karena ridha Allah jauh lebih bernilai daripada ribuan pujian. Mari kita jaga ketulusan dalam setiap langkah—kecil maupun besar—mulai sekarang.


/Tto

Berita Pilihan

أحدث أقدم